Friday, 14 March 2014

Keperawatan Jiwa - Isolasi Sosial

A.     Konsep Kebutuhan Isolasi Sosial
1.      Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa di tolak, tidak di terima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Yosep, 2011).
Menurut Balitbang (2007), isolasi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang di manifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman.
Menurut Kelliat (1998), isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain.
2.      Penyebab
Terjadinya isolasi sosial dipengaruhi oleh faktor predisposisi, diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri sendiri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan. Keadaan ini merupakan tanda-tanda seseorang mengalami Harga Diri Rendah (HDR). Keadaan pada seseorang yang mengalami harga diri rendah, dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain dan kegiatan sehari-hari terabaikan (Kusumawati & Hartono, 2011), sehingga individu mengalami isolasi sosial. Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori : halusinasi dan resiko mencederai diri, orang lain bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktifitas yang ahirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara mandiri (Direja, 2011).
Beberapa faktor penyebab terjadinya isolasi sosial (Direja, 2011) :
a.       Faktor predisposisi (Direja, 2011)
1)      Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan
dalam hubungan sosial.
2)      Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini termasuk masalah dalam dalam berkomunikasi, sehingga menimbulkan ketidakjelasan.
3)      Faktor sosial budaya
Mengisolasikan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang di anut dalam keluarga, seperti penyandang cacat di asingkan di lingkungan sosialnya.
4)      Faktor biologis
Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak.
b.      Faktor presipitasi
Menurut Direja (2011), terjadinya ganggua hubungan sosial juga dapat ditumbuhkan oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1)      Faktor eksternal
Contohnya adalah stresor sosial budaya, yaitu stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2)      Faktor internal
Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stres terjadi akibat ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya.
c.       Tanda dan gejala (Direja, 2011)
1)      Kurang spontan
2)      Apatis (acuh terhadap lingkungan)
3)      Ekspresi wajah kurang berseri
4)      Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
5)      Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
6)      Mengisolasi diri
7)      Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
8)      Asupan makanan dan minuman terganggu
9)      Retensi urin dan feses
10)  Aktifitas menurun
11)  Kurang energi (tenaga)
12)  Rendah diri
13)  Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).

B.    Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial
1.      Fokus pengkajian (Kusumawati & Hartono, 2011)
a.       Identitas
Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas.
b.      Keluhan utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien di bawa ke rumah sakit, biasanya akibat adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
c.       Faktor predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat dengan faktor etiologi yaitu keturunan, endokrin, metabolisme, susunan saraf pusat dan kelemahan ego.
d.      Psikososial
1)      Genogram
Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya terkena skizofrenia adalah 7-16 persen, bila keduanya menderita, kemungkinan terkena adalah 40-68 persen, bila saudara tiri yang terkena, kemungkinannya terkena adalah 0,9-1,8 persen dan saudara kandung kemungkinan terkena adalah  7-15 persen.
2)      Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan mempengaruhi konsep diri pasien.
3)      Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun dan berdiam diri.
4)      Spiritual
Aktifitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.
e.       Status mental
1)      Penampilan diri
Pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tak terkunci, baju tak di ganti, baju terbalik sebagai manifestasi kemunduran kemauan pasien.
2)      Pembicaraan
Nada suara lembut, kurang bicara dan apatis.
3)      Aktifitas motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia)
4)      Emosi
Emosi dangkal
5)      Afek
Dangkal, tak ada ekspresi roman muka.
6)      Interaksi selama wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mantap menatap lawan bicara dan diam.
7)      Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham
8)      Proses berpikir
Gangguan proses berpikir jarang ditemukan
9)      Kesadaran
Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan serta pembatasan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyamanan (secara kualitatif).
10)  Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi, tempat, waktu dan orang.
11)  Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan dan selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau tidak tepat.
12)  Tilik diri
Tidak ada yang khas
f.       Kebutuhan sehari – hari
Pada permulaan, penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya, makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian dan istirahat tidur.
2.      Masalah-masalah yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan kenyamanan : isolasi sosial (Kusumawati & Hartono, 2011)
a.       Gangguan kenyamanan : Isolasi sosial
1)      Definisi
Yaitu kesepian yang di alami oleh invidu dan dirasakan saat di dorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negative atau mengancam (Herdman, 2012).
2)      Tanda dan gejala (direja, 2011)
a)      Kurang spontan
b)      Apatis (acuh terhadap lingkungan)
c)      Ekspresi wajah kurang berseri
d)     Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
e)      Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
f)       Mengisolasi diri
g)      Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
h)      Asupan makanan dan minuman terganggu
i)        Retensi urin dan feses
j)        Aktifitas menurun
k)      Kurang energi (tenaga)
l)        Rendah diri
m)    Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).
3)      Rencana tindakan keperawatan (Azizah, 2011)
a)      Tujuan umum
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
b)      Tujuan khusus
(1)   TUK I
(a)    Klien dapat membina hubungan saling percaya
(b)   Kriteria hasil
Klien menunjukan tanda – tanda percaya kepada perawat :
1.1        Wajah cerah, tersenyum
1.2        Mau berkenalan
1.3        Ada kontak mata
1.4        Bersedia menceritakan perasaan
1.5        Bersedia mengungkapkan masalahnya
(c)    Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan cara :
1.1       Beri salam setiap kali berinteraksi
1.2       Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
1.3       Tannyakan dan panggil nama kesukaan klien
1.4       Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
1.5       Tanyakan perasaan klien dan masalah yang di hadapi klien.
1.6       Buat kontrak interaksi yang jelas
1.7       Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien.
(2)   TUK II
(a)    Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
(b)   Kriteria hasil
Klien dapat menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri dari :
1.1       Diri sendiri
1.2       Orang lain
1.3       Lingkungan
(c)    Intervensi
1.1       Tanyakan pada klien tentang :
1.1.1        Orang yang tinggal se rumah atau tempat se kamar klien.
1.1.2        Orang yang paling dekat dengan klien di rumah  atau di RS.
1.1.3        Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut.
1.1.4        Orang yang tidak dekat dengan klien di rumah atau di RS
1.1.5        Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut.
1.2       Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain.
1.3       Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan peraasaannya.
(3)   TUK III
(a)    Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
(b)   Kriteria hasil
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengn orang lain, misalnya :
1.1       Banyak teman
1.2       Tidak kesepian
1.3       Bisa diskusi
1.4       Saling menolong
(c)    Intervensi
1.1       Tanyakan pada klien tentang :
1.1.1        Manfaat jika berhubungan dengan orang lain.
1.1.2        Kerugian jika tidak berhubungan dengan orang lain.
1.2       Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
1.3       Beri pujian terhadap kemempuan klien mengungkapkan perasaannya.
(4)   TUK IV
(a)    Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
(b)   Kriteria hasil
Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap antara:
1.1       Klien – Perawat
1.2       Klien – Perawat lain
1.3       Klien – Klien lain
1.4       Klien – Kelompok atau masyarakat
(c)    Intervensi
1.1       Observasi perilaku klien dengan berhubungan dengan orang lain.
1.2       Motivasi dan bantu klien untuk berkenalan atau berkomunikasi dengan : perawat, perawat lain, klien lain dan kelompok.
1.3       Libatkan klien dalam TAK sosialisasi.
1.4       Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
1.5       Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya.
1.6       Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan klien bersosialisasi.
(5)   TUK V
(a)    Klien mampu mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
(b)   Kriteria hasil
Klien mampu mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk ; diri sendiri, orang lain dan lingkungan
(c)    Intervensi
1.1       Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
1.2       Beri pujian terhadap kemempuan klien mengungkapkan perasaannya.
(6)   TUK VI
(a)    Klien dapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan dengan orang lain dan lingkungan.
(b)   Kriteria hasil
Keluarga dapat :
1.1       Menjelaskan cara merawat klien menarik diri
1.2       Mengungkapkan rasa puas dalam merawat diri
(c)    Intervensi
1.1       Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi perilaku menarik diri.
1.2       Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku menarik diri.
1.3       Jelaskan cara merawat klien menarik diri yang dapat dilaksanakan oleh keluarga.
4)      SP pada pasien dan keluarga (Direja, 2011)
a)      SP I pasien
(1)   Identifikasi penyebab
(a)    Siapa yang satu rumah dengan pasien
(b)   Siapa yang dekat dengan pasien
(c)    Siapa yang tidak dekat dengan pasien
(2)   Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
(a)    Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
(b)   Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.
(c)    Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka.
(d)   Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain.
(e)    Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
(3)   Latih berkenalan
(a)    Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain.
(b)   Berikan contoh cara berinteraksi dengan orang lain.
(c)    Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan dihadapan perawat.
(d)   Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman atau anggota keluarga.
(e)    Bila pasien sudah menunjukan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan 2, 3, 4 orang dan seterusnya.
(f)    Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
(g)   Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain, mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya, beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
(4)   Masukkan jadwal kegiatan pasien
b)      SP II pasien
(1)   Evaluasi kegiatan yang lalu (SP I)
(2)   Latih berhubungan sosial secara bertahap
(3)   Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
c)      SP III pasien
(1)   Evaluasi kegiatan yang lalu (SP I dan II)
(2)   Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih
(3)   Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
d)     SP I keluarga
(1)   Identifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat pasien
(2)   Penjelasan isolasi sosial
(3)   Latih (simulasi)
(4)   RTL (Rencana Tindak Lanjut) keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat pasien
e)      SP II keluarga
(1)   Evaluasi kemampuan SP I
(2)   Latih (langsung ke pasien)
(3)   RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat pasien
f)       SP III keluarga
(1)   Evaluasi kemampuan SP I
(2)   Latih (langsung ke pasien)
(3)   RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat pasien
g)      SP IV keluarga
(1)   Evaluasi kemampuan keluarga
(2)   Evaluasi kemampuan pasien
(3)   RTL keluarga :
(a)    Follow up
(b)   Rujukan
b.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1)      Definisi
Yaitu evaluasi diri atau perasaan negatif tentang diri sendiri atau kecakapan diri yang berlangsung lama (Herdman, 2012).
2)      Tanda dan gejala (Keliat & Akemat, 2012),
a)      Mengkritik diri sendiri
b)      Perasaan tidak mampu
c)      Pandangan hidup yang pesimis,
d)     Penurunan produktifitas.
e)      Penolakan terhadap kemampuan diri.
3)      Rencana tindakan keperawatan (Azizah, 2012)
a)      Tujuan umum
Klien memiliki konsep diri yang positif
b)      Tujuan khusus
(1)   TUK I
(a)    Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
(b)   Kriteria hasil
Klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontrol mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
(c)    Intrevensi
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
1.1       Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal.
1.2       Perkenalkan diri dengan sopan.
1.3       Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
1.4       Jelaskan tujuan pertemuan.
1.5       Jujur dan menepati janji.
1.6       Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
1.7       Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
(2)   TUK II
(a)    Klien dapat mengidentifikasi aspek posistif dan kemampuan yang dimiliki.
(b)   Kriteria hasil
Klien menyebutkan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien, aspek positif keluarga dan aspek positif lingkungan klien.
(c)    Intervensi
1.1       Diskusikan dengan klien tentang :
1.1.1        Aspek positif yang dimiliki kluarga, klien dan lingkungan.
1.1.2        Kemampuan yang dimiliki klien.
1.2       Bersama klien buat daftar tentang :
1.2.1        Aspek positif klien, keluarga dan lingkungan.
1.2.2        Kemampuan yang dimiliki klien.
1.3       Beri pujian yang realistis, hindarkan sumber penilaian negatif.
(3)   TUK III
(a)    Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan.
(b)   Kriteria hasil :
Klien mampu menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan.
(c)    Intervensi :
1.1       Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.
1.2       Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.
(4)   TUK IV
(a)    Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
(b)   Kriteria hasil
Klien mampu membuat rencana kegiatan harian
(c)    Intervensi
1.1       Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien :
1.1.1        Kegiatan mandiri.
1.1.2        Kegiatan dengan bantuan.
1.2       Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
1.3       Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
(5)   TUK V
(a)    Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang di buat.
(b)   Kriteria hasil
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal yang di buat.
(c)    Intervensi
1.1       Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.
1.2       Pantau kegiatan yang dilakukan klien.
1.3       Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
1.4       Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
(6)   TUK VI
(a)    Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
(b)   Kriteria hasil
Klien mampu memanfaatkan sisitem pendukung yang ada di keluarga.
(c)    Intervensi
1.1       Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
1.2       Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat.
1.3       Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
4)      Sp pada pasen dan keluarga (Direja, 2011)
a)      SP I pasien
(1)   Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki
(a)    Diskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat.
(b)   Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap kali bertemu pasien penilaian yang negative.
(2)   Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
(a)    Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih digunakan saat ini.
(b)   Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
(c)    Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
(3)   Pilih kemampuan yang akan di latih, diskusikan dengan pasien beberapa aktifitas yang dapat dilakukan dan di pilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
(4)   Bantu pasien menetapkan aktifitas mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri :
(a)    Aktifitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga.
(b)   Aktifitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkunag terdekat pasien.
(c)    Beri contoh cara pelaksanaan aktifitas yang dapat dilakukan pasien.
(d)   Susun bersama pasien aktifitas atau kegiatan sehari-hari pasien.
(5)   Nilai kemampuan pertama yang telah di pilih :
(a)    Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah di pilih pasien) yang akan dilatihkan.
(b)   Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan pasien.
(c)    Berikan dukungan atau pujian yang nyata sesuai kemajuan yang diperlihatkan pasien.
(6)   Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien :
(a)    Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
(b)   Beri pujian atas aktifitas atau kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
(c)    Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi dan perubahan sikap.
(d)   Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan beersama pasien dan keluarga.
(e)    Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan, yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktifitas yang dilakukan oleh pasien.
b)      SP II pasien
(1)   Evaluasi kegiatan yang lalu (SP I)
(2)   Pilih kemampuan yang ke dua yang dapat dilakukan
(3)   Latih kemampuan yang di pilih
(4)   Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
c)      SP III pasien
(1)   Evaluasi kegiatan yang lalu (SP I dan II)
(2)   Memilih kemampuan ke tiga yang dapat dilakukan.
(3)   Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
d)     SP I keluarga
(1)   Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
(2)   Jelaskan proses terjadinya HDR
(3)   Jelaskan tentang cara merawat pasien.
(4)   Main peran dalam merawat pasien HDR.
(5)   Susun RTL keluarga untuk merawat pasien.
e)      SP II keluarga
(1)   Evaluasi kemampuan SP I
(2)   Latih keluarga langsung ke pasien.
(3)   Susun RTL keluarga untuk merawat pasien.
f)       SP III keluarga
(1)   Evaluasi kemampuan keluarga
(2)   Evaluasi kemampuan pasien
(3)   Susun RTL keluarga untuk merawat pasien.
c.       Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
1)      Definisi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Kusumawati dan Hartono, 2011)
2)      Jenis dan tanda-tanda halusinasi (Kusumawati & Hartono, 2011)
a)      Halusinasi pendengaran : mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang jelas, dimana terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak berbicara klien dan kadang memerintah audien untuk melakukan sesuatu.
b)      Halusinasi penglihatan : stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambar atau bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c)      Halusinasi penghidu : membau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, feses, parfum, atau bau yang lain. Hal ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang atau dimensia.
d)     Halusinasi pengecapan : merasa mengecap seperti darah, urin, feses atau yang lainnya.
e)      Halusinasi perabaan : merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum, atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
f)       Halusinassi cenesthetic : merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urin.
g)      Halusinasi kinestetika : merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3)      Rencana tindakan keperawatan (Azizah, 2011)
a)      Tujuan umum
Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
b)      Tujuan khusus
(1)   TUK I
(a)    Klien dapat membina hubungan saling percaya
(b)   Kriteria hasil
Klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat :
1.1       Ekspresi wajah bersahabat
1.2       Menunjukkan rasa senang
1.3       Ada kontak mata
1.4       Mau berjabat tangan
1.5       Mau menyebutkan nama
1.6       Mau menjawab salam
1.7       Mau duduk berdampingan dengan perawat
1.8       Bersedia mengungkapkan masalah yang di hadapi
(c)    Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
1.1       Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
1.2       Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan.
1.3       Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
1.4       Buat kontrak yang jelas.
1.5       Tunjukkan sikap yang jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
1.6       Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya.
1.7       Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
1.8       Tanyakan perasaan klien dan masalah yang di hadapi klien.
1.9       Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien.
(2)   TUK II
(a)    Klien dapat mengenal halusinasinya
(b)   Kriteria hasil
1.1       Klien mampu menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi.
1.2       Klien mampu menyatakan perasaan dan responnya saat mengalami halusinasi : marah, takut, sedih, senang, cemas dan jengkel.
(c)    Intervensi
1.1       Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
1.2       Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya, jika menemukan klien yang sdang halusinasi :
1.2.1        Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi dengar/ lihat/ penghidu/ raba/ kecap).
1.2.2        Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya.
1.2.3        Katakan bahwa perawat percaya jika klien mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalaminya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi).
1.2.4        Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama.
1.2.5        Katakana bahwa perawat akan membantu klien jika klien sedang tidak berhalusinasi.
1.2.6        Klarifikasi tentang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien ;
1.2.6.1  Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-kadang).
1.2.6.2...Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
1.3       Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
1.4       Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
1.5       Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya.
(3)   TUK III
(a)    Klien dapat mengontrol halusinasinya
(b)   Kriteria hasil
1.1       Klien mampu menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
1.2       Klien mampu menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya.
1.3       Klien mampu memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi.
1.4       Klien mampu melaksanakan cara yang telah di pilih untuk mengendalikan halusinasinya.
1.5       Klien mampu menikuti terapi aktifitas kelompok.
(c)    Intervensi
1.1       Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dan lain-lain).
1.2       Diskusikan cara yang digunakan klien :
1.2.1        Jika yang digunakan adaptif beri pujian.
1.2.2        Jika cara yang digunakan maladptif diskusikan kerugian cara tersebut.
1.3       Diskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol timbulnya halusinasi :
1.3.1        Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata.
1.3.2        Menemui orang lain (perawat/ teman/ anggota keluarga) untuk menceritakan tentang halusinasinya.
1.3.3        Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sendiri sesuai dengan hari yang telah ditentukan.
1.3.4        Meminta keluarga/ teman/ perawat menyapa jika sedang berhalusinasi.
1.4       Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya.
1.5       Beri kesempatan untuk melakukan cara yang di pilih dan di latih.
1.6       Pantau pelaksanaan yang telah di pilih dan di latih, jika berhasil, beri pujian.
1.7       Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi.
(4)   TUK IV
(a)    Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
(b)   Kriteria hasil
1.1       Klien menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat.
1.2       Keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi.
(c)    Intervensi
1.1       Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan topik).
1.2       Diskusikan dengan keluarga pada saat pertemuan keluarga atau kunjungan rumah) :
1.2.3        Pengertian halusinasi.
1.2.4        Tanda dan gejala halusinasi.
1.2.5        Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
1.2.6        Obat-obatan halusinasi.
1.2.7        Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, berpergian bersama, memantau obat-obatan dan cara pemberian untuk mengatasi halusinasi).
1.2.8        Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di rumah.
(5)   TUK V
(a)    Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
(b)   Kriteria hasil
1.1       Klien mampu menyebutkan : manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat.
1.2       Klien mampu mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
1.3       Klien mampu menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.
(c)    Intervensi
1.1       Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat.
1.2       Pantau klien saat penggunaan obat.
1.3       Beri pujian jika klien mengguanakan obat dengnan benar.
1.4       Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
1.5       Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
4)      SP pada pasien dan keluarga (Direja, 2011)
a)      SP I pasien
(1)   Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, waktu, terjadinya, frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi).
(2)   Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
Tahap tindakannya meliputi :
(1)   Jelaskan cara menghardik kalusinasi
(2)   Pergerakan cara menghardik.
(3)   Minta pasien memperagakan ulang.
(4)   Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien.
(5)   Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
b)      SP II pasien
(1)   Evaluasi kegiatan yang lalu (SP I)
(2)   Latih berbicara atau bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul
(3)   Masukkann dalam jadwal kegiatan pasien.
c)      SP III pasien
(1)   Evaluasi kegiatan yang lalu (SP I dan II).
(2)   Latihan kegiatan agar halusinasi tidak muncul :
(a)    Jelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
(b)   Diskusikan aktifitas yang biasa dilakukan oleh pasien.
(c)    Latih pasien melakukan aktifitas.
(d)   Susun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah di latih.
(3)   Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan terhadap perilaku yang positif.
d)     SP IV pasien
(1)   Evaluasi kegiatan yang lalu (SP I, II dan III).
(2)   Tanyakan program pengobatan.
(3)   Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
(4)   Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program.
(5)   Jelaskan akibat bila putus obat.
(6)   Jelaskan cara mendapatkan obat atau berobat.
(7)   Jelaskan prinsip pengobatan.
(8)   Latih pasien minum obat.
(9)   Masukkan dalam jadwal harian pasien.
e)      SP I keluarga
(1)   Identifikasi keluarga dalam merawat pasien.
(2)   Jelaskan tentang halusinasi :
(a)    Pengertian halusinasi
(b)   Jenis halusinasi yang di alami pasien
(c)    Tanda dan gejala halusinasi
(d)   Cara merawat pasien halusinasi
(e)    Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau.
(f)    Bermain peran cara merawat.
(g)   RTL keluarga, jadwal keluarga untuk merawat pasien.
f)       SP II keluarga
(1)   Evaluasi kemempuan keluarga (SP I).
(2)   Latih keluarga merawat pasien.
(3)   RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat pasien.
g)      SP III keluarga
(1)   Evaluasi kemampuan keluarga (SP I)
(2)   Latih keluarga merawat pasien.
(4)   RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat pasien.
h)      SP IV keluarga
(1)   Evaluasi kemampuan keluarga
(2)   Evaluasi kemampuan pasien
(3)   RTL keuarga :
(a)    Follow Up
(b)   Rujukan
d.      Resiko perilaku kekerasan
1)      Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007).
2)      Batasan Karakteristik menurut (Yulianti & Karyuni, 2007)
a)      Reaksi berlebihan terhadap perubahan lingkungan.
b)      Terkesima dan sangat ingin menyentuh bagian mein yang bergerak, yang berbahaya.
c)      Tidak peka terhadap rasa nyeri
d)     Menjauhi rangsang yang baru diikuti dengan perilaku impulsif
e)      Temper tantrum, membenturkan kepala, dan menggigit diri sendiri
3)      Rencana tindakan keperawatan (Azizah, 2011)
a)      Tujuan umum
Klien dapat menunjukan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawab.
b)      Tujuan khusus
(1)   TUK I
Klien dapat membina hubungan saling percaya
(a)    Kriteria hasil
1.1       Klien mau membalas salam
1.2       Kllien mau menjabat tangan
1.3       Klien mau menyebutkan nama
1.4       Klien mau tersenyum
1.5       Klien mau kontak mata
1.6       Klien mau mengetahui nama perawat
1.7       Klien mau menyediakan waktu untuk kontrak
(b)   Intervensi
1.1       Beri salam dan panggil nama klien
1.2       Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
1.3       Jelaskan maksud dan tujuan hubungan interaksi
1.4       Jelaskan kontrak yang akan dibuat
1.5       Berikan rasa aman dan rassa empati
1.6       Lakukan kontak singkat tapi sering
(2)   TUK II
Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
(a)    Kriteria hasil
1.1       Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
1.2       Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri, dari orang lain, dan dari lingkungan).
(b)   Intervensi
1.1         Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
1.2         Bantu klien untuk mengungkapkan perasaanya
(3)   TUK III
Klien mampu mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
(a)    Kriteria hasil
1.1         Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel
1.2         Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel dan kesal yang dialami
(b)   Intervensi
1.1       Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan yang dirasakan saat jengkel.
1.2       Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
1.3       Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel dan kesal yang dialami klien.
(4)   TUK IV
Klien dapat mengidentivikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
(a)    Kriteria hasil
1.1       Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang n biasa dilakukan
1.2       Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
1.3       Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak
(b)   Intervensi
1.1       Anjurakn klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien.
1.2       Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
1.3       Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
(5)   TUK V
Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
(a)    Kriteria hasil
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
(b)   Intervensi
1.1       Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan oleh klien.
1.2       Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan klien.
1.3       Tanyakan pada klien apakah ia ingin nmempelajari cara baru yang sehat?
(6)   TUK VI
Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
(a)    Kriteria hasil
Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.
(b)   Intervensi
1.1       Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?
1.2       Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
1.3       Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat:
1.2.1        Secara fisik: tarik nafas dalam jika sedang marah/jengkel, memukul benda/kasur atau olahraga atau pekerjaan yang menguras tenaga.
1.2.2        Secara verbal: mengutarakan bahwa anda sedang kesal/ tersinggung/ jengkel (saya kesal anda berkata seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya).
1.2.3        Secara sosial: lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan menejemen perilaku kekerasan.
1.2.4        Secara spiritual: anjurkan klien sembahyang, berdoa/ibadah lain, minta pada tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu pada tuhan kekerasan atau kejengkelan.
(7)   TUK VII
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
(a)    Kriteria hasil
Klien dapat mendemonstrasikan  cara mengontrol perilaku kekerasan
1.1       Fisik: tarik nafas dalam, olahraga, dan menyiram tanaman.
1.2       Verbal: mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
1.3       Spiritual: sembahyang, berdoa, atau ibadah yang lain.
(b)   Intervensi
1.1       Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
1.2       Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang terpilih.
1.3       Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play).
1.4       Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.
1.5       Anjurkan klien untuk menggukan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.
(8)   TUK VIII
Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan
(a)    Kriteria hasil
1.1       Keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan.
1.2       Keluarga klien mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien.
(b)   Intervensi
1.1       Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini
1.2       Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien
1.3       Jelaskan cara-cara merawat klien terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif : Sikap tenang, bicara tenang dan jelas, membantu klien mengenal penyebab marah.
1.4       Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien
1.5       Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.
(9)   TUK IX
Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)
(a)    Kriteria hasil
1.1       Klien dapat menyebutkan obat-obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.
1.2       Diskusikan manfaaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seijin dokter.
1.3       Jelaskan prinsip benar minum obat (benar nama yang tertera pada botol obat, dosis obat, waktu, dan cara minum).
1.4       Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
1.5       Anjurkan klien melaporkan pada perawat atau dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.
1.6       Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
4)      SP pada pasien dan keluarga (Azizah, 2012)
a)      SP I pasien
(1)   Mengidentifikasi penyebab, tanda, dan gejala serta akibat perilaku kekerasan.
(2)   Latih cara fisik 1: tarik nafas dalam.
(3)   Masukkan dalam jadwal harian pasien.
b)      SP II pasien
(1)   Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1).
(2)   Latih cara fisik 2: pukul kasur atau bantal.
(3)   Masukkan dalam jadwal harian pasien.
c)      SP III pasien
(1)   Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & 2).
(2)   Latih secara verbal atau social.
(3)   Menolak dengan baik
(4)   Meminta dengan baik
(5)   Mengungkapkan dengan baik.
(6)   Masukkan dalam jadwal harian pasien
d)     SP IV pasien
(1)   Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2, dan 3)
(2)   Latih secara spiritual : Berdoadan sholat
(3)   Masukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.
e)      SP V pasien
(1)   Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2, 3, dan 4)
(2)   Latih patuh obat:
(a)    Minum obat secara teratur dengan prinsip 5B
(b)   Susun jadwal minum obat secara teratur
(3)   Masukkan dalam jadwal harian pasien.
3.      Pohon masalah
Pohon masalah gangguan kenyamanan : isolasi sosial menurut Depkes (2000).

----------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Lilik M.A, 2011, Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktek Klinik. Edisi pertama, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yosep I, 2011, Keperawatan Jiwa, Bandung: PT Refika Aditama.
Kusumawati F, Hartono Y, 2011, Buku Ajar keperawatan Jiwa, Jakarta: Salemba Medika.
Direja A.H.S, 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Cetakan  Pertama, Yogyakarta: Nuha Medika.
Herdman T.H, 2012, Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2012-2014, Penerjemah Made Sumarwati dan nike Budhi Subekti, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

0 comments:

Post a Comment