A.
Konsep Kebutuhan Isolasi Sosial
1.
Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Klien mungkin merasa di tolak, tidak di terima, kesepian dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Yosep, 2011).
Menurut Balitbang (2007), isolasi sosial merupakan upaya
menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa,
pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara
spontan dengan orang lain yang di manifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak
ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman.
Menurut Kelliat (1998), isolasi sosial merupakan upaya klien untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
maupun komunikasi dengan orang lain.
2.
Penyebab
Terjadinya isolasi sosial dipengaruhi oleh faktor predisposisi,
diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan
individu tidak percaya pada diri sendiri, tidak percaya pada orang lain, ragu,
takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan
keinginan dan merasa tertekan. Keadaan ini merupakan tanda-tanda seseorang
mengalami Harga Diri Rendah (HDR). Keadaan pada seseorang yang mengalami harga
diri rendah, dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang
lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain dan kegiatan
sehari-hari terabaikan (Kusumawati & Hartono, 2011),
sehingga individu mengalami isolasi sosial. Bila tidak
dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi
sensori : halusinasi dan resiko mencederai diri, orang lain bahkan lingkungan.
Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi
aktifitas yang ahirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan
perawatan secara mandiri (Direja, 2011).
Beberapa faktor penyebab terjadinya isolasi sosial (Direja, 2011) :
a. Faktor predisposisi (Direja, 2011)
1) Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan
dalam hubungan sosial.
2)
Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini termasuk masalah dalam dalam berkomunikasi,
sehingga menimbulkan ketidakjelasan.
3)
Faktor
sosial budaya
Mengisolasikan
diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang di
anut dalam keluarga, seperti penyandang cacat di asingkan di lingkungan
sosialnya.
4)
Faktor
biologis
Organ
tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak.
b.
Faktor
presipitasi
Menurut
Direja (2011), terjadinya ganggua hubungan sosial juga dapat ditumbuhkan oleh
faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1)
Faktor
eksternal
Contohnya
adalah stresor sosial budaya, yaitu stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial
budaya seperti keluarga.
2)
Faktor
internal
Contohnya
adalah stresor psikologis, yaitu stres terjadi akibat ansietas atau kecemasan
yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan
individu untuk mengatasinya.
c.
Tanda
dan gejala (Direja, 2011)
1)
Kurang
spontan
2)
Apatis
(acuh terhadap lingkungan)
3)
Ekspresi
wajah kurang berseri
4)
Tidak
merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
5)
Tidak
ada atau kurang komunikasi verbal
6)
Mengisolasi
diri
7)
Tidak
atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
8)
Asupan
makanan dan minuman terganggu
9)
Retensi
urin dan feses
10)
Aktifitas
menurun
11)
Kurang
energi (tenaga)
12)
Rendah
diri
13)
Postur
tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).
B.
Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi
Sosial
1.
Fokus
pengkajian (Kusumawati & Hartono, 2011)
a.
Identitas
Sering
ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas.
b.
Keluhan
utama
Keluhan
utama yang menyebabkan pasien di bawa ke rumah sakit, biasanya akibat adanya
kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
c.
Faktor
predisposisi
Faktor
predisposisi sangat erat dengan faktor etiologi yaitu keturunan, endokrin,
metabolisme, susunan saraf pusat dan kelemahan ego.
d.
Psikososial
1)
Genogram
Orang
tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya terkena skizofrenia
adalah 7-16 persen, bila keduanya menderita, kemungkinan terkena adalah 40-68
persen, bila saudara tiri yang terkena, kemungkinannya terkena adalah 0,9-1,8
persen dan saudara kandung kemungkinan terkena adalah 7-15 persen.
2)
Konsep
diri
Kemunduran
kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan mempengaruhi konsep
diri pasien.
3)
Hubungan
sosial
Klien
cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun dan berdiam
diri.
4)
Spiritual
Aktifitas
spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.
e.
Status
mental
1)
Penampilan
diri
Pasien
tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat,
resleting tak terkunci, baju tak di ganti, baju terbalik sebagai manifestasi
kemunduran kemauan pasien.
2)
Pembicaraan
Nada
suara lembut, kurang bicara dan apatis.
3)
Aktifitas
motorik
Kegiatan
yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada satu posisi
yang dibuatnya sendiri (katalepsia)
4)
Emosi
Emosi
dangkal
5)
Afek
Dangkal,
tak ada ekspresi roman muka.
6)
Interaksi
selama wawancara
Cenderung
tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mantap menatap lawan bicara dan
diam.
7)
Persepsi
Tidak
terdapat halusinasi atau waham
8)
Proses
berpikir
Gangguan
proses berpikir jarang ditemukan
9)
Kesadaran
Kesadaran
berubah, kemampuan mengadakan hubungan serta pembatasan dengan dunia luar dan dirinya
sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyamanan (secara
kualitatif).
10)
Memori
Tidak
ditemukan gangguan spesifik, orientasi, tempat, waktu dan orang.
11)
Kemampuan
penilaian
Tidak
dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan dan selalu
memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau tidak tepat.
12)
Tilik
diri
Tidak
ada yang khas
f.
Kebutuhan
sehari – hari
Pada
permulaan, penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya, makin mundur
dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian dan
istirahat tidur.
2.
Masalah-masalah
yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan kenyamanan : isolasi sosial
(Kusumawati & Hartono, 2011)
a.
Gangguan
kenyamanan : Isolasi sosial
1)
Definisi
Yaitu
kesepian yang di alami oleh invidu dan dirasakan saat di dorong oleh keberadaan
orang lain dan sebagai pernyataan negative atau mengancam (Herdman, 2012).
2)
Tanda
dan gejala (direja, 2011)
a)
Kurang
spontan
b)
Apatis
(acuh terhadap lingkungan)
c)
Ekspresi
wajah kurang berseri
d)
Tidak
merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
e)
Tidak
ada atau kurang komunikasi verbal
f)
Mengisolasi
diri
g)
Tidak
atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
h)
Asupan
makanan dan minuman terganggu
i)
Retensi
urin dan feses
j)
Aktifitas
menurun
k)
Kurang
energi (tenaga)
l)
Rendah
diri
m)
Postur
tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).
3)
Rencana
tindakan keperawatan (Azizah, 2011)
a)
Tujuan
umum
Klien
dapat berinteraksi dengan orang lain
b)
Tujuan
khusus
(1)
TUK
I
(a)
Klien
dapat membina hubungan saling percaya
(b)
Kriteria
hasil
Klien
menunjukan tanda – tanda percaya kepada perawat :
1.1
Wajah
cerah, tersenyum
1.2
Mau
berkenalan
1.3
Ada
kontak mata
1.4
Bersedia
menceritakan perasaan
1.5
Bersedia
mengungkapkan masalahnya
(c)
Intervensi
Bina
hubungan saling percaya dengan cara :
1.1
Beri
salam setiap kali berinteraksi
1.2
Perkenalkan
nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
1.3
Tannyakan
dan panggil nama kesukaan klien
1.4
Tunjukan
sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
1.5
Tanyakan
perasaan klien dan masalah yang di hadapi klien.
1.6
Buat
kontrak interaksi yang jelas
1.7
Dengarkan
dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien.
(2)
TUK
II
(a)
Klien
mampu menyebutkan penyebab menarik diri
(b)
Kriteria
hasil
Klien
dapat menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri dari :
1.1
Diri
sendiri
1.2
Orang
lain
1.3
Lingkungan
(c)
Intervensi
1.1
Tanyakan
pada klien tentang :
1.1.1
Orang
yang tinggal se rumah atau tempat se kamar klien.
1.1.2
Orang
yang paling dekat dengan klien di rumah
atau di RS.
1.1.3
Apa yang
membuat klien dekat dengan orang tersebut.
1.1.4
Orang
yang tidak dekat dengan klien di rumah atau di RS
1.1.5
Apa
yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut.
1.2
Diskusikan
dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain.
1.3
Beri
pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan peraasaannya.
(3)
TUK
III
(a)
Klien
mampu menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
(b)
Kriteria
hasil
Klien
dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengn orang lain, misalnya :
1.1
Banyak
teman
1.2
Tidak
kesepian
1.3
Bisa
diskusi
1.4
Saling
menolong
(c)
Intervensi
1.1
Tanyakan
pada klien tentang :
1.1.1
Manfaat
jika berhubungan dengan orang lain.
1.1.2
Kerugian
jika tidak berhubungan dengan orang lain.
1.2
Diskusikan
bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
1.3
Beri
pujian terhadap kemempuan klien mengungkapkan perasaannya.
(4)
TUK
IV
(a)
Klien
dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
(b)
Kriteria
hasil
Klien
dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap antara:
1.1
Klien
– Perawat
1.2
Klien
– Perawat lain
1.3
Klien
– Klien lain
1.4
Klien
– Kelompok atau masyarakat
(c)
Intervensi
1.1
Observasi
perilaku klien dengan berhubungan dengan orang lain.
1.2
Motivasi
dan bantu klien untuk berkenalan atau berkomunikasi dengan : perawat, perawat
lain, klien lain dan kelompok.
1.3
Libatkan
klien dalam TAK sosialisasi.
1.4
Motivasi
klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
1.5
Beri
pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya.
1.6
Diskusikan
jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan klien
bersosialisasi.
(5)
TUK
V
(a)
Klien
mampu mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
(b)
Kriteria
hasil
Klien
mampu mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk ; diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
(c)
Intervensi
1.1
Beri
kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain.
1.2
Beri
pujian terhadap kemempuan klien mengungkapkan perasaannya.
(6)
TUK
VI
(a)
Klien
dapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan dengan orang lain dan
lingkungan.
(b)
Kriteria
hasil
Keluarga
dapat :
1.1
Menjelaskan
cara merawat klien menarik diri
1.2
Mengungkapkan
rasa puas dalam merawat diri
(c)
Intervensi
1.1
Diskusikan
pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi perilaku
menarik diri.
1.2
Diskusikan
potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku menarik diri.
1.3
Jelaskan
cara merawat klien menarik diri yang dapat dilaksanakan oleh keluarga.
4)
SP
pada pasien dan keluarga (Direja, 2011)
a)
SP I
pasien
(1)
Identifikasi
penyebab
(a)
Siapa
yang satu rumah dengan pasien
(b)
Siapa
yang dekat dengan pasien
(c)
Siapa
yang tidak dekat dengan pasien
(2)
Tanyakan
keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
(a)
Tanyakan
pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
(b)
Tanyakan
apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.
(c)
Diskusikan
keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka.
(d)
Diskusikan
kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain.
(e)
Jelaskan
pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
(3)
Latih
berkenalan
(a)
Jelaskan
kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain.
(b)
Berikan
contoh cara berinteraksi dengan orang lain.
(c)
Beri
kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan dihadapan perawat.
(d)
Mulailah
bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman atau anggota keluarga.
(e)
Bila
pasien sudah menunjukan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan 2, 3, 4
orang dan seterusnya.
(f)
Beri
pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
(g)
Siap
mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain,
mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya, beri dorongan
terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
(4)
Masukkan
jadwal kegiatan pasien
b)
SP
II pasien
(1)
Evaluasi
kegiatan yang lalu (SP I)
(2)
Latih
berhubungan sosial secara bertahap
(3)
Masukkan
dalam jadwal kegiatan pasien
c)
SP
III pasien
(1)
Evaluasi
kegiatan yang lalu (SP I dan II)
(2)
Latih
cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih
(3)
Masukkan
dalam jadwal kegiatan pasien
d)
SP I
keluarga
(1)
Identifikasi
masalah yang dihadapi dalam merawat pasien
(2)
Penjelasan
isolasi sosial
(3)
Latih
(simulasi)
(4)
RTL
(Rencana Tindak Lanjut) keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat pasien
e)
SP
II keluarga
(1)
Evaluasi
kemampuan SP I
(2)
Latih
(langsung ke pasien)
(3)
RTL
keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat pasien
f)
SP
III keluarga
(1)
Evaluasi
kemampuan SP I
(2)
Latih
(langsung ke pasien)
(3)
RTL
keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat pasien
g)
SP
IV keluarga
(1)
Evaluasi
kemampuan keluarga
(2)
Evaluasi
kemampuan pasien
(3)
RTL
keluarga :
(a)
Follow
up
(b)
Rujukan
b.
Gangguan
konsep diri : harga diri rendah
1)
Definisi
Yaitu
evaluasi diri atau perasaan negatif tentang diri sendiri atau kecakapan diri
yang berlangsung lama (Herdman, 2012).
2)
Tanda
dan gejala (Keliat & Akemat, 2012),
a)
Mengkritik
diri sendiri
b)
Perasaan
tidak mampu
c)
Pandangan
hidup yang pesimis,
d)
Penurunan
produktifitas.
e)
Penolakan
terhadap kemampuan diri.
3)
Rencana
tindakan keperawatan (Azizah, 2012)
a)
Tujuan
umum
Klien
memiliki konsep diri yang positif
b)
Tujuan
khusus
(1)
TUK
I
(a)
Klien
dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
(b)
Kriteria
hasil
Klien
menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontrol mata,
mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
(c)
Intrevensi
Bina
hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
1.1
Sapa
klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal.
1.2
Perkenalkan
diri dengan sopan.
1.3
Tanyakan
nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
1.4
Jelaskan
tujuan pertemuan.
1.5
Jujur
dan menepati janji.
1.6
Tunjukkan
sikap empati dan menerima klien apa adanya.
1.7
Beri
perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
(2)
TUK
II
(a)
Klien
dapat mengidentifikasi aspek posistif dan kemampuan yang dimiliki.
(b)
Kriteria
hasil
Klien
menyebutkan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien, aspek positif
keluarga dan aspek positif lingkungan klien.
(c)
Intervensi
1.1
Diskusikan
dengan klien tentang :
1.1.1
Aspek
positif yang dimiliki kluarga, klien dan lingkungan.
1.1.2
Kemampuan
yang dimiliki klien.
1.2
Bersama
klien buat daftar tentang :
1.2.1
Aspek
positif klien, keluarga dan lingkungan.
1.2.2
Kemampuan
yang dimiliki klien.
1.3
Beri
pujian yang realistis, hindarkan sumber penilaian negatif.
(3)
TUK
III
(a)
Klien
dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan.
(b)
Kriteria
hasil :
Klien
mampu menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan.
(c)
Intervensi
:
1.1
Diskusikan
dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.
1.2
Diskusikan
kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.
(4)
TUK
IV
(a)
Klien
dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
(b)
Kriteria
hasil
Klien
mampu membuat rencana kegiatan harian
(c)
Intervensi
1.1
Rencanakan
bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien
:
1.1.1
Kegiatan
mandiri.
1.1.2
Kegiatan
dengan bantuan.
1.2
Tingkatkan
kegiatan sesuai kondisi klien.
1.3
Beri
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
(5)
TUK
V
(a)
Klien
dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang di buat.
(b)
Kriteria
hasil
Klien
dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal yang di buat.
(c)
Intervensi
1.1
Anjurkan
klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.
1.2
Pantau
kegiatan yang dilakukan klien.
1.3
Beri
pujian atas usaha yang dilakukan klien.
1.4
Diskusikan
kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
(6)
TUK
VI
(a)
Klien
dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
(b)
Kriteria
hasil
Klien
mampu memanfaatkan sisitem pendukung yang ada di keluarga.
(c)
Intervensi
1.1
Beri
pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri
rendah.
1.2
Bantu
keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat.
1.3
Bantu
keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
4)
Sp
pada pasen dan keluarga (Direja, 2011)
a)
SP I
pasien
(1)
Identifikasi
kemampuan positif yang dimiliki
(a)
Diskusikan
bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti
kegiatan pasien di rumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat.
(b)
Beri
pujian yang realistis dan hindarkan setiap kali bertemu pasien penilaian yang
negative.
(2)
Nilai
kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
(a)
Diskusikan
dengan pasien kemampuan yang masih digunakan saat ini.
(b)
Bantu
pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien.
(c)
Perlihatkan
respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
(3)
Pilih
kemampuan yang akan di latih, diskusikan dengan pasien beberapa aktifitas yang
dapat dilakukan dan di pilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
(4)
Bantu
pasien menetapkan aktifitas mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri :
(a)
Aktifitas
yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga.
(b)
Aktifitas
apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkunag terdekat pasien.
(c)
Beri
contoh cara pelaksanaan aktifitas yang dapat dilakukan pasien.
(d)
Susun
bersama pasien aktifitas atau kegiatan sehari-hari pasien.
(5)
Nilai
kemampuan pertama yang telah di pilih :
(a)
Diskusikan
dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah di pilih pasien)
yang akan dilatihkan.
(b)
Bersama
pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan pasien.
(c)
Berikan
dukungan atau pujian yang nyata sesuai kemajuan yang diperlihatkan pasien.
(6)
Masukkan
dalam jadwal kegiatan pasien :
(a)
Beri
kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
(b)
Beri
pujian atas aktifitas atau kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
(c)
Tingkatkan
kegiatan sesuai dengan toleransi dan perubahan sikap.
(d)
Susun
daftar aktifitas yang sudah dilatihkan beersama pasien dan keluarga.
(e)
Berikan
kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan, yakinkan
bahwa keluarga mendukung setiap aktifitas yang dilakukan oleh pasien.
b)
SP
II pasien
(1)
Evaluasi
kegiatan yang lalu (SP I)
(2)
Pilih
kemampuan yang ke dua yang dapat dilakukan
(3)
Latih
kemampuan yang di pilih
(4)
Masukkan
dalam jadwal kegiatan pasien
c)
SP
III pasien
(1)
Evaluasi
kegiatan yang lalu (SP I dan II)
(2)
Memilih
kemampuan ke tiga yang dapat dilakukan.
(3)
Masukkan
dalam jadwal kegiatan pasien
d)
SP I
keluarga
(1)
Identifikasi
masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
(2)
Jelaskan
proses terjadinya HDR
(3)
Jelaskan
tentang cara merawat pasien.
(4)
Main
peran dalam merawat pasien HDR.
(5)
Susun
RTL keluarga untuk merawat pasien.
e)
SP
II keluarga
(1)
Evaluasi
kemampuan SP I
(2)
Latih
keluarga langsung ke pasien.
(3)
Susun
RTL keluarga untuk merawat pasien.
f)
SP
III keluarga
(1)
Evaluasi
kemampuan keluarga
(2)
Evaluasi
kemampuan pasien
(3)
Susun
RTL keluarga untuk merawat pasien.
c.
Gangguan
persepsi sensori : Halusinasi
1)
Definisi
Halusinasi
adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata
(Kusumawati dan Hartono, 2011)
2)
Jenis
dan tanda-tanda halusinasi (Kusumawati & Hartono, 2011)
a)
Halusinasi
pendengaran : mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang
jelas, dimana terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak berbicara klien
dan kadang memerintah audien untuk melakukan sesuatu.
b)
Halusinasi
penglihatan : stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambar atau
bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c)
Halusinasi
penghidu : membau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, feses, parfum, atau
bau yang lain. Hal ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang
atau dimensia.
d)
Halusinasi
pengecapan : merasa mengecap seperti darah, urin, feses atau yang lainnya.
e)
Halusinasi
perabaan : merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum, atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas.
f)
Halusinassi
cenesthetic : merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau
arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urin.
g)
Halusinasi
kinestetika : merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3)
Rencana
tindakan keperawatan (Azizah, 2011)
a)
Tujuan
umum
Klien
dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
b)
Tujuan
khusus
(1)
TUK
I
(a)
Klien
dapat membina hubungan saling percaya
(b)
Kriteria
hasil
Klien
menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat :
1.1
Ekspresi
wajah bersahabat
1.2
Menunjukkan
rasa senang
1.3
Ada
kontak mata
1.4
Mau
berjabat tangan
1.5
Mau menyebutkan
nama
1.6
Mau
menjawab salam
1.7
Mau
duduk berdampingan dengan perawat
1.8
Bersedia
mengungkapkan masalah yang di hadapi
(c)
Intervensi
Bina
hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
1.1
Sapa
klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
1.2
Perkenalkan
nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan.
1.3
Tanyakan
nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
1.4
Buat
kontrak yang jelas.
1.5
Tunjukkan
sikap yang jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
1.6
Tunjukkan
sikap empati dan menerima apa adanya.
1.7
Beri
perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
1.8
Tanyakan
perasaan klien dan masalah yang di hadapi klien.
1.9
Dengarkan
dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien.
(2)
TUK
II
(a)
Klien
dapat mengenal halusinasinya
(b)
Kriteria
hasil
1.1
Klien
mampu menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang menimbulkan
halusinasi.
1.2
Klien
mampu menyatakan perasaan dan responnya saat mengalami halusinasi : marah,
takut, sedih, senang, cemas dan jengkel.
(c)
Intervensi
1.1
Adakan
kontak sering dan singkat secara bertahap.
1.2
Observasi
tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya, jika menemukan klien yang
sdang halusinasi :
1.2.1
Tanyakan
apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi dengar/ lihat/ penghidu/ raba/
kecap).
1.2.2
Jika
klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya.
1.2.3
Katakan
bahwa perawat percaya jika klien mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri
tidak mengalaminya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi).
1.2.4
Katakan
bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama.
1.2.5
Katakana
bahwa perawat akan membantu klien jika klien sedang tidak berhalusinasi.
1.2.6
Klarifikasi
tentang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien ;
1.2.6.1 Isi, waktu dan
frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-kadang).
1.2.6.2...Situasi
dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
1.3
Diskusikan
dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan
untuk mengungkapkan perasaannya.
1.4
Diskusikan
dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
1.5
Diskusikan
tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya.
(3)
TUK
III
(a)
Klien
dapat mengontrol halusinasinya
(b)
Kriteria
hasil
1.1
Klien
mampu menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
1.2
Klien
mampu menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya.
1.3
Klien
mampu memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi.
1.4
Klien
mampu melaksanakan cara yang telah di pilih untuk mengendalikan halusinasinya.
1.5
Klien
mampu menikuti terapi aktifitas kelompok.
(c)
Intervensi
1.1
Identifikasi
bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur,
marah, menyibukkan diri dan lain-lain).
1.2
Diskusikan
cara yang digunakan klien :
1.2.1
Jika
yang digunakan adaptif beri pujian.
1.2.2
Jika
cara yang digunakan maladptif diskusikan kerugian cara tersebut.
1.3
Diskusikan
cara baru untuk memutus atau mengontrol timbulnya halusinasi :
1.3.1
Katakan
pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata.
1.3.2
Menemui
orang lain (perawat/ teman/ anggota keluarga) untuk menceritakan tentang halusinasinya.
1.3.3
Membuat
dan melaksanakan jadwal kegiatan sendiri sesuai dengan hari yang telah
ditentukan.
1.3.4
Meminta
keluarga/ teman/ perawat menyapa jika sedang berhalusinasi.
1.4
Bantu
klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya.
1.5
Beri
kesempatan untuk melakukan cara yang di pilih dan di latih.
1.6
Pantau
pelaksanaan yang telah di pilih dan di latih, jika berhasil, beri pujian.
1.7
Anjurkan
klien mengikuti terapi aktifitas kelompok, orientasi realita, stimulasi
persepsi.
(4)
TUK
IV
(a)
Klien
dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
(b)
Kriteria
hasil
1.1
Klien
menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat.
1.2
Keluarga
mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi
dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi.
(c)
Intervensi
1.1
Buat
kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan topik).
1.2
Diskusikan
dengan keluarga pada saat pertemuan keluarga atau kunjungan rumah) :
1.2.3
Pengertian
halusinasi.
1.2.4
Tanda
dan gejala halusinasi.
1.2.5
Cara
yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
1.2.6
Obat-obatan
halusinasi.
1.2.7
Cara
merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan bersama, berpergian bersama, memantau obat-obatan dan
cara pemberian untuk mengatasi halusinasi).
1.2.8
Beri
informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari bantuan jika
halusinasi tidak dapat diatasi di rumah.
(5)
TUK
V
(a)
Klien
dapat memanfaatkan obat dengan baik.
(b)
Kriteria
hasil
1.1
Klien
mampu menyebutkan : manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, nama, warna,
dosis, efek terapi dan efek samping obat.
1.2
Klien
mampu mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
1.3
Klien
mampu menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.
(c)
Intervensi
1.1
Diskusikan
dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis,
cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat.
1.2
Pantau
klien saat penggunaan obat.
1.3
Beri
pujian jika klien mengguanakan obat dengnan benar.
1.4
Diskusikan
akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
1.5
Anjurkan
klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
4)
SP pada
pasien dan keluarga (Direja, 2011)
a)
SP I
pasien
(1)
Bantu
pasien mengenal halusinasi (isi, waktu, terjadinya, frekuensi, situasi pencetus,
perasaan saat terjadi halusinasi).
(2)
Latih
cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
Tahap tindakannya meliputi :
(1)
Jelaskan
cara menghardik kalusinasi
(2)
Pergerakan
cara menghardik.
(3)
Minta
pasien memperagakan ulang.
(4)
Pantau
penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien.
(5)
Masukkan
dalam jadwal kegiatan pasien.
b)
SP
II pasien
(1)
Evaluasi
kegiatan yang lalu (SP I)
(2)
Latih
berbicara atau bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul
(3)
Masukkann
dalam jadwal kegiatan pasien.
c)
SP
III pasien
(1)
Evaluasi
kegiatan yang lalu (SP I dan II).
(2)
Latihan
kegiatan agar halusinasi tidak muncul :
(a)
Jelaskan
pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
(b)
Diskusikan
aktifitas yang biasa dilakukan oleh pasien.
(c)
Latih
pasien melakukan aktifitas.
(d)
Susun
jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah di latih.
(3)
Pantau
pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan terhadap perilaku yang positif.
d)
SP
IV pasien
(1)
Evaluasi
kegiatan yang lalu (SP I, II dan III).
(2)
Tanyakan
program pengobatan.
(3)
Jelaskan
pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
(4)
Jelaskan
akibat bila tidak digunakan sesuai program.
(5)
Jelaskan
akibat bila putus obat.
(6)
Jelaskan
cara mendapatkan obat atau berobat.
(7)
Jelaskan
prinsip pengobatan.
(8)
Latih
pasien minum obat.
(9)
Masukkan
dalam jadwal harian pasien.
e)
SP I
keluarga
(1)
Identifikasi
keluarga dalam merawat pasien.
(2)
Jelaskan
tentang halusinasi :
(a)
Pengertian
halusinasi
(b)
Jenis
halusinasi yang di alami pasien
(c)
Tanda
dan gejala halusinasi
(d)
Cara
merawat pasien halusinasi
(e)
Sumber-sumber
pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau.
(f)
Bermain
peran cara merawat.
(g)
RTL
keluarga, jadwal keluarga untuk merawat pasien.
f)
SP
II keluarga
(1)
Evaluasi
kemempuan keluarga (SP I).
(2)
Latih
keluarga merawat pasien.
(3)
RTL
keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat pasien.
g)
SP
III keluarga
(1)
Evaluasi
kemampuan keluarga (SP I)
(2)
Latih
keluarga merawat pasien.
(4)
RTL keluarga
atau jadwal keluarga untuk merawat pasien.
h)
SP
IV keluarga
(1)
Evaluasi
kemampuan keluarga
(2)
Evaluasi
kemampuan pasien
(3)
RTL
keuarga :
(a)
Follow
Up
(b)
Rujukan
d. Resiko perilaku kekerasan
1)
Definisi
Perilaku kekerasan
adalah suatu keadan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik, baik pada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007).
2)
Batasan
Karakteristik menurut (Yulianti &
Karyuni, 2007)
a) Reaksi berlebihan
terhadap perubahan lingkungan.
b) Terkesima dan
sangat ingin menyentuh bagian mein yang bergerak, yang berbahaya.
c) Tidak peka terhadap
rasa nyeri
d) Menjauhi rangsang
yang baru diikuti dengan perilaku impulsif
e) Temper tantrum,
membenturkan kepala, dan menggigit diri sendiri
3)
Rencana tindakan keperawatan
(Azizah, 2011)
a)
Tujuan umum
Klien dapat menunjukan
hubungan peran sesuai dengan tanggung jawab.
b)
Tujuan khusus
(1)
TUK I
Klien
dapat membina hubungan saling percaya
(a)
Kriteria hasil
1.1
Klien mau membalas salam
1.2
Kllien mau menjabat tangan
1.3
Klien mau menyebutkan nama
1.4
Klien mau tersenyum
1.5
Klien mau kontak mata
1.6
Klien mau mengetahui nama perawat
1.7
Klien mau menyediakan waktu untuk kontrak
(b)
Intervensi
1.1 Beri
salam dan panggil nama klien
1.2 Sebutkan
nama perawat sambil jabat tangan
1.3 Jelaskan
maksud dan tujuan hubungan interaksi
1.4 Jelaskan
kontrak yang akan dibuat
1.5 Berikan
rasa aman dan rassa empati
1.6 Lakukan
kontak singkat tapi sering
(2) TUK
II
Klien
dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
(a) Kriteria
hasil
1.1 Klien
dapat mengungkapkan perasaannya.
1.2 Klien
dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri, dari
orang lain, dan dari lingkungan).
(b) Intervensi
1.1
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
1.2
Bantu klien
untuk mengungkapkan perasaanya
(3)
TUK III
Klien mampu mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan.
(a) Kriteria
hasil
1.1
Klien dapat
mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel
1.2
Klien dapat
menyimpulkan tanda-tanda jengkel dan kesal yang dialami
(b) Intervensi
1.1 Anjurkan
klien mengungkapkan yang dialami dan yang dirasakan saat jengkel.
1.2 Observasi
tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
1.3 Simpulkan
bersama klien tanda-tanda jengkel dan kesal yang dialami klien.
(4) TUK
IV
Klien dapat
mengidentivikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
(a) Kriteria hasil
1.1 Klien
dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang n biasa dilakukan
1.2 Klien
dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
1.3 Klien
dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak
(b) Intervensi
1.1 Anjurakn
klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien.
1.2 Bantu
klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
1.3 Bicarakan
dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
(5) TUK
V
Klien
dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
(a) Kriteria
hasil
Klien dapat menjelaskan
akibat dari cara yang digunakan klien.
(b) Intervensi
1.1 Bicarakan
akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan
oleh klien.
1.2 Bersama
klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan klien.
1.3 Tanyakan
pada klien apakah ia ingin nmempelajari cara baru yang sehat?
(6) TUK
VI
Klien dapat
mengidentifikasi cara konstruktif
dalam berespon terhadap kemarahan.
(a) Kriteria
hasil
Klien dapat melakukan
cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.
(b) Intervensi
1.1 Tanyakan
pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?
1.2 Berikan
pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
1.3 Diskusikan
dengan klien cara lain yang sehat:
1.2.1
Secara fisik:
tarik nafas dalam jika sedang marah/jengkel, memukul benda/kasur atau olahraga
atau pekerjaan yang menguras tenaga.
1.2.2
Secara verbal:
mengutarakan bahwa anda sedang kesal/ tersinggung/ jengkel (saya kesal anda
berkata seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya).
1.2.3
Secara sosial: lakukan dalam kelompok cara-cara
marah yang sehat, latihan asertif,
latihan menejemen perilaku kekerasan.
1.2.4
Secara
spiritual: anjurkan klien sembahyang, berdoa/ibadah lain, minta pada tuhan
untuk diberi kesabaran, mengadu pada tuhan kekerasan atau kejengkelan.
(7) TUK
VII
Klien
dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
(a) Kriteria
hasil
Klien dapat
mendemonstrasikan cara mengontrol
perilaku kekerasan
1.1 Fisik:
tarik nafas dalam, olahraga, dan menyiram tanaman.
1.2 Verbal:
mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
1.3 Spiritual:
sembahyang, berdoa, atau ibadah yang lain.
(b) Intervensi
1.1 Bantu
klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
1.2 Bantu
klien mengidentifikasi manfaat cara yang terpilih.
1.3 Bantu
klien menstimulasi cara tersebut (role
play).
1.4 Berikan
reinforcement positif atas
keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.
1.5 Anjurkan
klien untuk menggukan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.
(8) TUK
VIII
Klien
mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan
(a) Kriteria
hasil
1.1 Keluarga
klien dapat menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan.
1.2 Keluarga
klien mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien.
(b) Intervensi
1.1 Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien
dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini
1.2 Jelaskan
peran serta keluarga dalam merawat klien
1.3 Jelaskan
cara-cara merawat klien terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif : Sikap tenang, bicara
tenang dan jelas, membantu klien mengenal penyebab marah.
1.4 Bantu
keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien
1.5 Bantu
keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.
(9) TUK
IX
Klien
dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)
(a) Kriteria
hasil
1.1 Klien
dapat menyebutkan obat-obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.
1.2 Diskusikan
manfaaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seijin dokter.
1.3 Jelaskan
prinsip benar minum obat (benar nama yang tertera pada botol obat, dosis obat,
waktu, dan cara minum).
1.4 Anjurkan
klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
1.5 Anjurkan
klien melaporkan pada perawat atau dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenangkan.
1.6 Beri
pujian jika klien minum obat dengan benar.
4)
SP pada pasien dan keluarga (Azizah, 2012)
a) SP
I pasien
(1) Mengidentifikasi
penyebab, tanda, dan gejala serta akibat perilaku kekerasan.
(2) Latih
cara fisik 1: tarik nafas dalam.
(3) Masukkan
dalam jadwal harian pasien.
b) SP
II pasien
(1) Evaluasi
kegiatan yang lalu (SP 1).
(2) Latih
cara fisik 2: pukul kasur atau bantal.
(3) Masukkan
dalam jadwal harian pasien.
c) SP
III pasien
(1) Evaluasi
kegiatan yang lalu (SP 1 & 2).
(2) Latih
secara verbal atau social.
(3) Menolak
dengan baik
(4) Meminta
dengan baik
(5) Mengungkapkan
dengan baik.
(6) Masukkan
dalam jadwal harian pasien
d) SP
IV pasien
(1) Evaluasi
kegiatan yang lalu (SP 1, 2, dan 3)
(2) Latih
secara spiritual : Berdoadan sholat
(3) Masukkan
dalam jadwal kegiatan harian pasien.
e) SP
V pasien
(1) Evaluasi
kegiatan yang lalu (SP 1, 2, 3, dan 4)
(2) Latih
patuh obat:
(a) Minum
obat secara teratur dengan prinsip 5B
(b) Susun
jadwal minum obat secara teratur
(3) Masukkan
dalam jadwal harian pasien.
3.
Pohon
masalah
Pohon masalah
gangguan kenyamanan : isolasi sosial menurut Depkes (2000).
----------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Lilik M.A,
2011, Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktek Klinik. Edisi pertama, Cetakan Pertama,
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yosep I, 2011,
Keperawatan Jiwa, Bandung: PT Refika Aditama.
Kusumawati F,
Hartono Y, 2011, Buku Ajar keperawatan Jiwa, Jakarta: Salemba Medika.
Direja A.H.S,
2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Nuha Medika.
Herdman T.H,
2012, Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2012-2014, Penerjemah
Made Sumarwati dan nike Budhi Subekti, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
0 comments:
Post a Comment